Kita terlalu cepat memasukkan sosok ini sebagai representasi rakyat-wong cilik karena beliau bukan bangsawan dengan tak terlibat dengan Orde Lama dan Orde Baru. Relasi presiden Jokowi dengan pengusaha papan atas Indonesia Tionghoa yang saling memanfaatkan dan tabrak etika-moral, membuka luka lama. Sentimen anti Tionghoa kembali muncul.
Category: Artikel
Membaca Politik Indonesia dalam Arus Dunia
Pertanyaannya bukan lagi apakah pemilu berjalan jujur, tetapi sejauh mana masyarakat memahami bahwa demokrasi bisa direkayasa. Sebagai negara besar dengan sejarah panjang, kita punya peluang untuk membangun kesadaran baru—kesadaran yang tidak hanya melawan kekuasaan, tetapi juga membongkar logika pasar yang membentuknya.
Ketika Demokrasi Direkayasa: Antara Etika dan Algoritma
Politik tanpa etika bukanlah keniscayaan, melainkan pilihan. Dalam situasi seperti ini, kaum intelektual tidak bisa lagi berdiri di tengah tapi harus memilih sisi. Kita jangan terlarut dalam kegembiraan yang direkayasa. Politik bukan hanya soal siapa yang menang, tetapi bagaimana proses itu dijalankan. Dan dalam proses itu, kesadaran kritis adalah senjata utama.
Ilusi “Wong Cilik”: Membongkar Narasi Politik Jokowi
Ini bukan soal kepedulian. Ini adalah bisnis politik. Warga hanya digunakan suaranya dan angkanya. Konsep democracy by numbers menjadi sorotan utama. Demokrasi yang seharusnya melindungi kelompok minoritas justru berubah menjadi sistem yang hanya mengutamakan suara terbanyak. Dalam sistem ini, keadilan dikorbankan demi elektabilitas.
Jokowi dan Politik Indonesia: Dari Ilusi Wong Cilik ke Algoritma Kekuasaan
Geliat ekonomi dan politik lokal yang menunjukkan bahwa Indonesia tak sesuram yang dibayangkan. Di balik represi yang semakin menguat, selalu ada ruang untuk resistensi. Revolusi tidak bisa hanya digerakkan oleh kelas menengah yang tidak mengakar.
Dua Wajah TPA Supit Urang, Malang
Sebagian besar warga merasa terpaksa menerima keadaan. Mereka tidak punya pilihan lain. Ada yang memang sudah tinggal selama puluhan tahun di sana. Mereka hanya bisa berharap agar pemerintah tidak hanya peduli pada proyek teknologinya, tetapi juga pada warga yang tinggal di sekitar kawasan TPA. Modernisasi TPA memang sangat penting, akan tetapi jangan lupakan mereka yang hidup di sekitarnya. Pembangunan yang baik bukan hanya soal teknologi dan fisik saja, tetapi juga soal keadilan, pemerataan dan keberpihakan kepada mereka yang paling terdampak.
Ketika Air Mengalir Tidak Merata: Kelangkaan Infrastruktur di Perdesaan
Modal awal yang dibutuhkan untuk menyediakan akses cukup besar dan tidak semua warga memiliki kemampuan tersebut. Akses air tidak lagi menjadi hal universal, melainkan privilese yang diperoleh melalui kemampuan finansial. Infrastruktur menjadi alat distribusi air sekaligus alat produksi (dan reproduksi) ketimpangan.
Lansia Menata Ulang Keadilan Kampung
Kampung yang dulunya dipinggirkan kini menjadi bagian dari sistem ekologi kota. Rekognisi tidak berhenti dengan kunjungan atau pujian, tapi dengan praktik perlakuan yang adil atas akses terhadap sumber daya, pelibatan dalam perencanaan kota, dan penghormatan atas pengetahuan lokal yang telah terbukti berjalan. Di kampung ini, keadilan sosial terwujud dalam infrastruktur hijau yang berhasil menciptakan kondisi sosial dan ekologis yang tidak hanya layak, namun patut untuk dikagumi.
Semrawut Pasar Gadang, Lebih dari Sekadar Kemacetan
Ketidakadilan ruang urban ini tampaknya hanya memengaruhi kehidupan pribadi masing-masing pedagang, namun dalam kenyataannya juga terhubung erat dengan kehidupan urban secara lebih luas dan sistemik. Di balik lauk yang tersaji di meja makan, ada pedagang yang harus tidur di kios sempit, menahan becek saat hujan, atau berjualan di tepi jalan yang rawan kecelakaan. Kenyamanan yang kita rasakan terkadang lahir dari ketidaknyamanan orang lain.
Inklusi/Eksklusi “Smart City” di Malang
Partisipasi oleh digitalisasi adalah mitos. Alih-alih meningkatkan partisipasi warga dan inklusif, yang terjadi adalah sentralisasi teknokratik. Warga pengguna tetap jadi penonton, bukan jadi pelaku. Padahal, salah satu pilar utama Smart City adalah partisipasi dan pemberdayaan warga.