Kompleksitas persoalan membentuk karakter buas sebuah kota yang melayani industri ekstraktif sementara mengeksploitasi manusia dan alamnya. Tidak banyak ruang yang tersisa untuk penduduk kota: orang-orang menetap di sudut-sudut kota, “ruang-ruang tersisa”, yang mungkin direncanakan, mungkin ditinggalkan. Beberapa wilayah tanpa surat-surat memiliki hak kepemilikan yang lemah, dan mungkin dapat digusur kapan saja.
Category: Lingkungan Tak-Terdisiplinkan
Lingkungan Tak-Terdisiplinkan adalah sebuah proyek penerjemahan tulisan terpilih dari undisciplinedenvironments.org.
Tim penelaah terdiri dari: Dian Ekowati (mahasiswa S3 di Universitas Brighton, UK, Well Being, Ecology, Gender and Community Network (WEGO-ITN)/ Marie Sklodowska Curie Fellow); Siti Maimunah (pendiri Ruang Baca Puan, Mahasiswa S3 di Universitas Passau, Jerman, WEGO-ITN/ Marie Sklodowska Curie Fellow, www.wegoitn.org); Anton Novenanto (dosen Jurusan Sosiologi, Universitas Brawijaya; co-founder dan Direktur Eksekutif Perkumpulan Peneliti Eutenika); Mardha Tillah (associate RMI-the Indonesian Institute for Forest and Environment).
Megaproyek Raksasa sedang Memangsa Dunia!
Sebagian besar gerakan lingkungan dan sosial arus utama tetap terpisah dan tidak tertarik pada perjuangan eko-anarkis dan pertahanan tanah masyarakat asli (adat dan lokal). Sudah saatnya bagi kita untuk melihat rangkaian proses-proses ini secara negatif: jangan lagi gunakan istilah-istilah teknis dan akademis untuk menampakkan pemakluman, mempromosikan pesona mereka dan mempromosikan ketergantungan yang dinormalisasi, serta biaya-biaya sosio-ekologis.
Sebuah Minifesto untuk Tak-Mendisiplinkan Politik Ekologi
Ada banyak bentuk keilmuan yang tidak mendisiplinkan, dan cara mempraktekkannya yang menantang pendisiplinan yang menindas akademisi neoliberal. Menjadi tak-terdisiplinkan dalam dunia akademis dapat menjadi bagian dari tujuan sosial yang lebih luas.