Sebagian besar warga merasa terpaksa menerima keadaan. Mereka tidak punya pilihan lain. Ada yang memang sudah tinggal selama puluhan tahun di sana. Mereka hanya bisa berharap agar pemerintah tidak hanya peduli pada proyek teknologinya, tetapi juga pada warga yang tinggal di sekitar kawasan TPA. Modernisasi TPA memang sangat penting, akan tetapi jangan lupakan mereka yang hidup di sekitarnya. Pembangunan yang baik bukan hanya soal teknologi dan fisik saja, tetapi juga soal keadilan, pemerataan dan keberpihakan kepada mereka yang paling terdampak.
Category: Keadilan Infrastruktur
Di awal tahun 2025, Perkumpulan Peneliti Eutenika mengundang para peneliti muda untuk melakukan pembahasan kritis tentang “keadilan infrastruktur”. Enam peserta terpilih mengalami proses bersama dari kelas-kelas rutin, penelusuran mandiri, pelatihan menulis, dan presentasi di ajang konferensi internasional. Berikut adalah kumpulan tulisan dari hasil penelusuran tersebut.
Regu peneliti ini dipandu oleh Irsyad Martias, Eva Wishanti, dan Anton Novenanto, dengan bantuan teknis dari Andhika Krisnaloka dan Devi Purwanti.
Apabila Anda memiliki tulisan dengan tema “keadilan infrastruktur” dan berminat untuk menerbitkannya bersama eutenika.org, silakan layangkan surel ke info[a]eutenika.org.
Ketika Air Mengalir Tidak Merata: Kelangkaan Infrastruktur di Perdesaan
Modal awal yang dibutuhkan untuk menyediakan akses cukup besar dan tidak semua warga memiliki kemampuan tersebut. Akses air tidak lagi menjadi hal universal, melainkan privilese yang diperoleh melalui kemampuan finansial. Infrastruktur menjadi alat distribusi air sekaligus alat produksi (dan reproduksi) ketimpangan.
Lansia Menata Ulang Keadilan Kampung
Kampung yang dulunya dipinggirkan kini menjadi bagian dari sistem ekologi kota. Rekognisi tidak berhenti dengan kunjungan atau pujian, tapi dengan praktik perlakuan yang adil atas akses terhadap sumber daya, pelibatan dalam perencanaan kota, dan penghormatan atas pengetahuan lokal yang telah terbukti berjalan. Di kampung ini, keadilan sosial terwujud dalam infrastruktur hijau yang berhasil menciptakan kondisi sosial dan ekologis yang tidak hanya layak, namun patut untuk dikagumi.
Semrawut Pasar Gadang, Lebih dari Sekadar Kemacetan
Ketidakadilan ruang urban ini tampaknya hanya memengaruhi kehidupan pribadi masing-masing pedagang, namun dalam kenyataannya juga terhubung erat dengan kehidupan urban secara lebih luas dan sistemik. Di balik lauk yang tersaji di meja makan, ada pedagang yang harus tidur di kios sempit, menahan becek saat hujan, atau berjualan di tepi jalan yang rawan kecelakaan. Kenyamanan yang kita rasakan terkadang lahir dari ketidaknyamanan orang lain.
Inklusi/Eksklusi “Smart City” di Malang
Partisipasi oleh digitalisasi adalah mitos. Alih-alih meningkatkan partisipasi warga dan inklusif, yang terjadi adalah sentralisasi teknokratik. Warga pengguna tetap jadi penonton, bukan jadi pelaku. Padahal, salah satu pilar utama Smart City adalah partisipasi dan pemberdayaan warga.
Sang Pengendali Banjir: Peran Operator Bendungan bagi Sistem Sungai
Pengalaman berkunjung ke Bendungan Wilalung menyadarkan saya bahwa rekayasa sungai sejak zaman kolonial untuk kepentingan manusia. Saya mulai mempertanyakan: benarkah manusia adalah “sang pengendali air” untuk kepentingannya sendiri? Atau, manusia harus yang beradaptasi dengan dinamika air di sungai?
IKN: Kisah Fiksi tentang Ambisi Masa Kini Menuju Puing-Puing Masa Depan
Ini seperti yang dilakukan pendiri bangsa dalam menemukan kembali potensi-potensi identitas keindonesiaan pada reruntuhan Keraton Majapahit dan puing-puing Candi Borobudur.