Suara Anak Muda tentang Pariwisata

Para pemuda menyampaikan perspektifnya tentang pariwisata di kampungnya masing-masing. Perbincangan itu muncul dari keresahan akibat keberadaan kampung wisata yang kerap mengabaikan suara pemuda dalam perencanaan dan pengembangannya.

APRILIA AYU

Sukses dengan Songgoriti Youth Camp pertama pada tahun 2023, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya (FISIP) kembali menyelenggarakan Songgoriti Youth Camp yang kedua pada 27-29 Juni 2024. Kegiatan ini merupakan kolaborasi FISIP dengan Southeast Asia Neighborhoods Network (SEANNET), Karang Taruna Songgokerto, Inside Songgoriti, dan Perkumpulan Peneliti Eutenika.

Youth Camp adalah sebuah wadah pelatihan bagi anak-anak muda untuk saling bertemu berbagai pengalaman, pendapat, dan mengasah kemampuan yang relevan dengan isu-isu saat ini. Pada tahun sebelumnya, Youth Camp menyasar pada anak-anak muda usia sekolah di Kelurahan Songgokerto, Batu. Tahun ini, skala wilayah Youth Camp meluas, yakni se-Kota Batu. Tema besar yang diangkat adalah “Partisipasi Pemuda dalam Pariwisata”.

Para peserta, mentor dan panitia Youth Camp 2024 berfoto bersama.
Sumber: Dokumentasi panitia Youth Camp 2024

Pada kesempatan kali ini para peserta menyampaikan perspektif mereka tentang pariwisata di kampungnya masing-masing. Tema itu berangkat dari keresahan yang muncul akibat pencitraan Kota Batu sebagai “Kota Wisata” yang kerap kali mengabaikan suara pemuda dalam perencanaan dan pengembangannya.

Youth Camp diselenggarakan di Villa Kalendra, Songgoriti, Batu. Sebanyak 24 peserta terlihat antusias dengan berbagai agenda yang sudah disiapkan panitia. Antusias pendaftar di luar dugaan. Beberapa peserta datang dari luar Batu, seperti Malang, Gresik, hingga Madiun.

Membincang Pengembangan Pariwisata

Para peserta membincangkan tentang isu pengembangan pariwisata. “Dengan berbagi pengalaman dan pengetahuan mereka sebagai pemuda kampung, kami berharap pada proses peningkatan kesadaran sebagai warga negara dan menumbuhkan kepedulian pada lingkungan sekitar,” jelas Amalia Nur Andini, dosen Hubungan Internasional, Universitas Brawijaya.

Hari pertama dibuka dengan sesi diskusi bersama Rizki Dwi Putra. Rizki adalah seorang fotografer dan jurnalis. Dia mengajak peserta untuk membahas isu-isu pariwisata dan mengenalkan gaya penulisan populer. Dalam diskusi yang hangat itu peserta juga berbagi pengalaman dan kesulitan dalam menulis populer.

Pada hari kedua peserta diajak untuk berjalan menyusuri sudut-sudut Kampung Songgoriti. Mereka dibagi ke dalam empat kelompok kecil. Tujuannya adalah agar para peserta lebih mudah untuk saling berinteraksi. Mereka menceritakan potensi wisata masing-masing, mulai dari potensi alam hingga potensi budaya.

Para peserta Youth Camp 2024 sedang menelusuri Lingkungan Songgoriti.
Sumber: Dokumentasi panitia Youth Camp 2024.

Di hari terakhir, peserta mempresentasikan rangkuman dari hasil tulisan masing-masing dengan fasilitasi para mentor. Mereka pun berkomitmen untuk menyelesaikan rencana tulisannya untuk diterbitkan dalam sebuah bunga rampai.

Maulida Salsabila, seorang peserta, berbagai cerita perkembangan pariwisata Batu Tubing di kampungnya. Maulida adalah anggota Karang Taruna Kelurahan Temas, Kota Batu. Batu Tubing mengambil tempat di Dusun Krajan, Kelurahan Temas.

“Jadi Batu Tubing itu kayak pengarungan sungai pakai ban pelampung. Kita manfaatkan Sungai Gedang Kluthuk yang mengalir di sepanjang Kelurahan Temas,” jelas Maulida, yang juga terlibat sebagai salah satu pengelola wisata Batu Tubing tersebut.

Menurut Maulida, permasalahan yang krusial adalah sampah yang dijumpai di sungai. Para pengurus wisata harus membersihkan sungai terlebih sebelum wisatawan menikmati pengalaman uniknya.

Salah satu peserta Youth Camp 2024 berbagi cerita tentang wisata di kampungnya.
Sumber: Dokumentasi panitia Youth Camp 2024.

Target jangka panjang dari Youth Camp 2024 ini adalah penyusunan sebuah bunga rampai tentang pemuda dan pariwisata. “Saya berharap antusiasme teman-teman tetap terjaga sampai akhir program sehingga pengalaman mereka dapat sukses dibukukan. Buku ini kelak akan menjadi bentuk narasi baru yang berperspektif pemuda,” ujar Andini. (*)


Aprilia Ayu, asisten peneliti SEANNET Batu, 2022-

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *