Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia banyak menaruh perhatian pada permasalahan kehalalan vaksin. Tahun 2018 lalu, misalnya, banyak orang tua Muslim yang menolak vaksin campak-rubella untuk anak mereka atas alasan kehalalan. Hal ini sempat menjadi halangan besar dalam pemenuhan target vaksinasi nasional kala itu. Mengantisipasi penolakan akan vaksin oleh Muslim di Indonesia, MUI juga telah mengeluarkan fatwa tentang vaksin Covid-19 awal tahun 2021 lalu.
Pada diskusi kali ini, kita akan menelisik bagaimana dan mengapa salah satu narasi dominan antivaksinasi yang kita kenal hari ini di Indonesia berangsur menjadi bernuansa Islami. Mengapa banyak warga Indonesia yang sangat berfokus pada permasalahan kehalalan vaksin? Faktor apa saja yang berkontribusi dalam meningkatnya kekhawatiran akannya? Menilik kasus-kasus antivaksinasi yang ada di era kolonial dan pascareformasi di Indonesia, diskusi ini juga mengajak untuk melihat ragam narasi antivaksinasi yang ada di negara ini.
Diskusi ini bertujuan untuk menyoroti bahwa kekhawatiran tentang vaksinasi tidak pernah berasal dari akar yang tunggal. Ia selalu mewujud secara unik dan relasional dengan konteks sosial, politis, dan keagamaan yang selalu berubah di Indonesia. Maka darinya, melacak sebab dari kekhawatiran akan vaksin kepada satu sebab universal saja—misalnya, ketidakpercayaan akan sains—tidak akan produktif dalam benar-benar memahami fenomena ini.
Amrina Rosyada adalah mahasiswa Ph.D. tahun kedua di Departemen Antropologi, Northwestern University, Amerika Serikat. Bersama dua orang lainnya, ia mengelola blog ulasan buku, The Suryakanta.