Selasa, 22 Desember 2020, 10.00-13.00 WIB via Zoom meeting .
Webinar ini adalah rangkaian dari kegiatan penelitian Perkumpulan Peneliti Eutenika bekerjasama dengan Wahid Foundation yang berjudul “Desa Damai Berbasis Human Security Approach untuk Promosi Perdamaian dan Kesetaraan Gender (Kajian pada Desa Guluk-Guluk, Kabupaten Sumenep & Desa Sidomulyo, Kota Batu).”
Desa Damai adalah suatu cita-cita ideal tentang kesatuan wilayah dan pemerintahan yang memiliki struktur dan perlengkapan untuk mencegah terjadinya konflik, berkembangnya sikap toleransi, ekstremisme berbasis kekerasan dan radikalisme. Wahid Foundation mengambil inisiatif ini untuk membangun masyarakat yang dapat hidup berdampingan dengan mempraktikkan prinsip-prinsip kemanusiaan, kesetaraan dan keadilan, baik dari sisi ekonomi, sosial, politik, demokrasi dan transparansi. Wahid Foundation juga telah menentukan sembilan indikator desa damai. Tantangan kali ini adalah bagaimana implementasi desa damai itu dapat selaras dengan prinsip fundamental dalam Pendekatan Keamanan Insani (Human Security Approach).
Keamanan Insani melampaui paradigma keamanan tradisional yang terkait dengan persoalan integrasi wilayah dan kedaulatan negara dan memperhatikan paradigma yang menekankan keamanan individu sebagai yang paling esensial dalam membangun suatu masyarakat yang damai. Keamanan insani berarti dua hal: pertama, melindungi kebebasan dari ancaman dan kondisi kritis yang beragam; dan, kedua, menjamin keamanan insani dengan menciptakan sistem politik, sosial, lingkungan, ekonomi, militer dan budaya agar manusia menjalani kehidupan dan penghidupan yang bermartabat.
Selama dua bulan terakhir, Perkumpulan Peneliti Eutenika melakukan penelitian di dua desa di Jawa Timur yang telah mendeklarasikan diri sebagai Desa Damai dan mendapatkan dampingan dari Wahid Foundation. Dua desa itu adalah Desa Guluk-guluk di Kecamatan Guluk-guluk, Kabupaten Sumenep dan Desa Sidomulyo di Kecamatan Batu, Kota Batu. Penelitian dilaksanakan sejak bulan Oktober 2020. Tim peneliti telah mengidentifikasi bentuk-bentuk ketidakamanan pada tujuh area keamanan insani, beserta dengan dampak dan respons yang muncul untuk menyikapinya.
Webinar “Keamanan Insani bagi Kelompok Perempuan di Pedesaan” ini berupaya membahas beberapa pertanyaan, antara lainnya: Bagaimanakah peluang sesungguhnya dari pendekatan keamanan insani bagi pemberdayaan kelompok perempuan, khususnya di kawasan pedesaan? Apa saja tantangan yang akan dihadapi dengan menerapkan pendekatan keamanan yang berbeda dengan pendekatan sebelumnya, yang cenderung negarasentris? Apa saja model “modernisasi dari bawah” yang dapat muncul dari suatu masyarakat? Khususnya, yang muncul dari Indonesia yang adalah masyarakat berpenduduk Muslim terbesar di dunia? Bagaimanakah posisi strategis Indonesia itu dapat berpengaruh pada pengambilan kebijakan di level yang lebih luas, regional dan global? Apalagi dengan melihat pengaruh dari aktor global, seperti UN Women, dalam mempromosikan keamanan insani sebagai norma global yang berlaku universal? Bagaimana pula peluang “perdamaian” sebagai kata kunci bagi strategi global mencegah gerakan radikalisme berbasis fundamentalisme agama?
Mohammad Anas (Jurusan Sosiologi, FISIP & Pusat Studi Pesantren, Universitas Brawijaya)